Minggu, 18 Oktober 2015

Rupiah Ditutup Menguat ke 13.418 per Dolar AS



Liputan6.com, Jakarta - Rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdangan Kamis (15/10/2015). Penguatan rupiah itu terjadi di tengah tanda-tanda bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) tidak akan menaikkan suku bunga pada tahun ini. Sementara itu, pemerintah merilis paket kebijakan ekonomi jilid IV dengan tujuan memperkokoh ekonomi nasional.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup menguat 198 poin di level 13.418 per dolar AS, dibanding penutupan harga pada Selasa 13 Oktober 2015 di kisaran 13.616 per dolar AS. Sepanjang Kamis pekan ini, rupiah diperdagangkan pada kisaran 13.230 per dolar AS hingga 13.475 per dolar AS.

Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga menyentuh level 13.288 per dolar AS pada 15 Oktober 2015 dari posisi 13 Oktober 2015 di kisaran 13.557 per dolar AS.

Analis Pasar Uang PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Trian Fatria menjelaskan, penguatan nilai tukar rupiah disebabkan  ekspektasi pasar yang berubah. Dari sebelumnya The Fed akan menaikkan suku bunga AS pada tahun ini, berubah menjadi tahun depan. Perubahan ekspektasi pasar tersebut mampu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah Indonesia untuk memperkuat ekonomi.

"Ekspektasi pasar atas kenaikan suku bungaTthe Fed berubah, dari sebelumnya tahun ini menjadi tahun depan. Nah, perubahan ekspektasi ini dimanfaatkan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan beberapa kebijakan baru," kata Trian.

"Situasi ini memberi Indonesia lebih banyak ruang untuk melaksanakan paket kebijakan, di mana pemerintah telah berencana untuk mempersiapkan perekonomian dan membuatnya lebih kebal sebelum Fed menaikkan suku bunganya," tambah Trian.

Trian memperkirakan, nilai tukar rupiah dapat menyentuh level 13.100 per dolar AS dalam beberapa minggu ke depan.

Pergerakan rupiah oleh keputusan Bank Indonesia (BI) soal suku bunga acuan. BI memutuskan suku bunga acuan atau BI Rate tetap di level 7,5 persen.

Chief Economist and Director for Investor Relation PT Bahana TWC Investment Budi Hikmat juga memperkirakan BI bakal mempertahankan suku bunga acuannya. "BI Rate akan stay, peluang turun baru akan ada di November," kata Budi.

Budi memperkirakan, BI masih menunggu hasil rapat Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed yang digelar akhir bulan ini. (Ilh/Ahm)

Analisis :

Sudut Pandang Pemerintah : Menurut pendapat saya pemerintah dan BI harus memeriksa apa yang menyebabkan rupiah melemah. Dalam jangka pendek pemerintah juga harus harus membereskan manajemen logistik dan impor jika memang pemerintah ingin melakukan swasembada pangan dan energi alternatif harus dilakukan dengan pemberian insentif.

Untuk jangka waktu enam bulan dapat dilakukan panen raya dan penggunaan energi alternatif. Selain itu, harus ada konsensus antara BI, Presiden dan DPR untuk melakukan operasi pasar terbuka yang berbeda dengan memberikan dolar yang murah untuk impor pangan dan energi. Jadi mereka beli dengan harga murah barang-barang tersebut.

Dalam hal ini BI juga harus bisa  meng-intervensi valuta asing itu agar tidak terjadi inflasi. jika jangka pendek sudah dapat diatasi pemerintah juga harus menyiapkan alternatif jangka menengah dengan cara memberikan insentif pajak yang tepat untuk penyerapan lapangan kerja, untuk energi alternatif dan ketahanan pangan. 

Jika jangka pendek sudah dapat diatasi pemerintah juga harus menyiapkan alternatif jangka menengah dengan cara memberikan insentif pajak yang tepat untuk penyerapan lapangan kerja, untuk energi alternatif dan ketahanan pangan.

Selanjutnya dalam jangka panjang pemerintah dapat melakukan perbaikan dalam sector ekspor, dimulai dengan program pembangunan infrastruktur dan teknologi sebagai faktor utama yang mendukung kegiatan ekonomi di Indonesia.  Pemerintah dapat meningkatkan government spending untuk memicu investasi dan kegiatan ekonomi lainnya di Indonesia, seperti mengurangi biaya produksi melalui penurunan harga listrik, tax holiday, penurunan suku bunga, atau melakukan deregulasi peraturan yang menghambat usaha-usaha di Indonesia karena adanya birokrasi yang rumit. Selama infrastruktur belum mencukupi dalam kegiatan ekspor, devaluasi mata uang bukanlah solusi yang tepat untuk saat ini. Pemerintah juga seharusnya mengeluarkan kebijakan untuk mempercepat realisasi belanja dan penyerapan APBN dan APBD yang saat ini masih lambat untuk mempercepat proses pembangunan infrastruktur dan teknologi.

Aksi buyback atau pembelian kembali saham yang dilakukan oleh beberapa BUMN juga dapat mengatasi bursa saham yang menurun drastis. Didukung dengan keluarnya kebijakan baru oleh OJK melalui Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 22/SEOJK.04/2015 yang secara garis besar memperbolehkan emiten untuk membeli kembali (buyback) tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), seharusnya aksi buyback dapat mengatasi pasar saham yang lesu dengan efektif.

Satu hal yang dapat ditarik dari keseluruhan adalah adanya urgensi untuk menenangkan rakyat untuk mengembalikan kepercayaan pasar. Dengan kembalinya kepercayaan pasar, investor dapat kembali menanamkan modalnya di Indonesia dan perekonomian Indonesia dapat kembali stabil.

Tentunya solusi-solusi tersebut manurut pendapat saya harus diseimbangkan antara kebijakan jangka pendek dengan jangka panjang sehingga tidak terjadi perumpamaan ‘gali lubang, tutup lubang’. Pemerintah, BI, dan OJK sebagai pengatur sektor fiskal, moneter, dan perbankan seharusnya melakukan koordinasi secara intensif untuk membuat kebijakan yang tersinkronasi dengan baik antara fiskal, moneter, dan perbankan.
SUMBER :


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH KONSUMEN UNTUK PEMBELIAN



Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:

1. Pengenalan masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu produk
sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan
masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.

2. Pencarian informasi (information source).[1] Setelah memahami masalah yang ada,
konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada melalui pencarian informasi.[1] Proses pencarian informasi
dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain
(eksternal

3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation).
Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi
alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

4. Keputusan pembelian (purchase decision).
Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen
akan membuat keputusan pembelian.[1] Terkadang waktu yang dibutuhkan antara
membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama
dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.

5. Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation
Merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada
tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut,
konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan
harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen.
Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya
akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan.

Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai
dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa
depan.

Faktor-faktor Yang Memengaruhi

Terdapat 5 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:

1. Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk
mencapai tujuan tertentu.

2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau
kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap
rangsangan tersebut.

3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri
seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.

4. Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan.
Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong
seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang
untuk tidak membeli produk tersebut.



SUMBER :

Penggunaan Segmentasi Pasar & Analisis Demografi Dalam Penetapan Strategi Pemasaran



Manajemen Pemasaran. Definisi Segmentasi Pasar

Swastha & Handoko (1997) mengartikan segmentasi pasar sebagai kegiatan membagi–bagi pasar/market yang bersifat heterogen kedalam satuan–satuan pasar yang bersifat homogen.

Sedangkan definisi yang diberikan oleh Pride & Ferrel (1995) mengatakan bahwa segmentasi pasar adalah suatu proses membagi pasar ke dalam segmen-segmen pelanggan potensial dengan kesamaan karakteristik yang menunjukkan adanya kesamaan perilaku pembeli.

Di lain pihak Pride & Ferrel (1995) mendefinisikan segmentasi pasar sebagai suatu proses pembagian pasar keseluruhan menjadi kelompok–kelompok pasar yang terdiri dari orang–orang yang secara relatif memiliki kebutuhan produk yang serupa.
Ada lagi pendapat Swastha & Handoko (1987) yang merumuskan segmentasi pasar adalah suatu tindakan membagi pasar menjadi segmen–segmen pasar tertentu yang dijadikan sasaran penjualan yang akan dicapai dengan marketing mix.

Menurut Kotler, Bowen dan Makens (2002, p.254) pasar terdiri dari pembeli dan pembeli berbeda-beda dalam berbagai hal yang bisa membeli dalam keinginan, sumber daya, lokasi, sikap membeli, dan kebiasaan membeli. Karena masing-masing memiliki kebutuhan dan keinginan yang unik, masing-masing pembeli merupakan pasar potensial tersendiri. Oleh sebab itu penjual idealnya mendisain program pemasarannya tersendiri bagi masing-masing pembeli. Segmentasi yang lengkap membutuhkan biaya yang tinggi, dan kebanyakan pelanggan tidak dapat membeli produk yang benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk itu, perusahaan mencari kelas-kelas pembeli yang lebih besar dengan kebutuhan produk atau tanggapan membeli yang berbeda-beda. Segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki seperangkat keinginan yang sama (Kotler, 2005, p.307.)

Manfaat dan Kelemahan Segmentasi

Banyaknya perusahaan yang melakukan segmentasi pasar atas dasar pengelompokkan variabel tertentu. Dengan menggolongkan atau mensegmentasikan pasar seperti itu, dapat dikatakan bahwa secara umum perusahaan mempunyai motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat penjualan dan yang lebih penting lagi agar operasi perusahaan dalam jangka panjang dapat berkelanjutan dan kompetitif (Porter, 1991).

Manfaat yang lain dengan dilakukannya segmentasi pasar, antara lain:

1. Perusahaan akan dapat mendeteksi secara dini dan tepat mengenai
kecenderungan-kecenderungan dalam pasar yang senantiasa berubah.
2. Dapat mendesign produk yang benar-benar sesuai dengan permintaan pasar.
3. Dapat menentukan kampanye dan periklanan yang paling efektif.
4. Dapat mengarahkan dana promosi yang tersedia melalui media yang tepat bagi
segmen yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
5. Dapat digunakan untuk mengukur usaha promosi sesuai dengan masa atau periode-
periode dimana reaksi pasar cukup besar.

Gitosudarmo (2000) menambahkan manfaat segmentasi pasar ini, sebagai berikut:

1. Dapat membedakan antara segmen yang satu dengan segmen lainnya.
2. Dapat digunakan untuk mengetahui sifat masing-masing segmen.
3. Dapat digunakan untuk mencari segmen mana yang potensinya paling besar.
4. Dapat digunakan untuk memilih segmen mana yang akan dijadikan pasar sasaran.

Sekalipun tindakan segmentasi memiliki sederetan keuntungan dan manfaat, namun juga mengandung sejumlah resiko yang sekaligus merupakan kelemahan-kelemahan dari tindakan segmentasi itu sendiri, antara lain:

1. Biaya produksi akan lebih tinggi, karena jangka waktu proses produksi lebih
pendek.
2. Biaya penelitian/ riset pasar akan bertambah searah dengan banyaknya ragam dan
macam segmen pasar yang ditetapkan.
3. Biaya promosi akan menjadi lebih tinggi, ketika sejumlah media tidak menyediakan
diskon.
4. Kemungkinan akan menghadapi pesaing yang membidik segmen serupa.

Bahkan mungkin akan terjadi persaingan yang tidak sehat, misalnya kanibalisme sesama produsen untuk produk dan segmen yang sama.

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Segmentasi

Pengusaha yang melakukan segmentasi pasar akan berusaha mengelompokkan konsumen kedalam beberapa segmen yang secara relatif memiliki sifat-sifat homogen dan kemudian memperlakukan masing-masing segmen dengan cara atau pelayanan yang berbeda.
Seberapa jauh pengelompokkan itu harus dilakukan, nampaknya banyak faktor yang terlebih dahulu perlu dicermati. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Variabel-Variabel Segmentasi

Sebagaimana diketahui bahwa konsumen memiliki berbagai dimensi yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk melakukan segmentasi pasar. Penggunaan dasar
segmentasi yang tepat dan berdaya guna akan lebih dapat menjamin keberhasilan
suatu rencana strategis pemasaran. Salah satu dimensi yang dipandang memiliki
peranan utama dalam menentukan segmentasi pasar adalah variabel-variabel yang
terkandung dalam segmentasi itu sendiri, dan oleh sebab ituperlu dipelajari.

Dalam hubungan ini Kotler (1995) mengklasifikasikan jenis-jenis variabel segmentasi sebagai berikut:

1. Segmentasi Geografi
Segmentasi ini membagi pasar menjadi unit-unit geografi yang berbeda, seperti
negara, propinsi, kabupaten, kota, wilayah, daerah atau kawasan. Jadi dengan
segmentasi ini, pemasar memperoleh kepastian kemana atau dimana produk ini harus
dipasarkan.

2. Segmentasi Demografi
Segmentasi ini memberikan gambaran bagi pemasar kepada siapa produk ini harus
ditawarkan. Jawaban atas pertanyaan kepada siapa dapat berkonotasi pada umur,
jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, siklus kehidupan keluarga seperti
anak-anak, remaja, dewasa, kawin/ belum kawin, keluarga muda dengan satu anak,
keluarga dengan dua anak, keluarga yang anak-anaknya sudah bekerja dan
seterusnya. Dapat pula berkonotasi pada tingkat penghasilan, pendidikan, jenis
pekerjaan, pengalaman, agama dan keturunan. Misalnya: Jawa, Madura, Bali,
Manado, Cina dan sebagainya.

3. Segmentasi Psikografi
Pada segmentasi ini pembeli dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan:

a. Status sosial, misalnya: pemimpin masyarakat, pendidik, golongan elite,
golongan menengah, golongan rendah.
b. Gaya hidup misalnya: modern, tradisional, kuno, boros, hemat, mewah dan
sebagainya.
c. Kepribadian, misalnya: penggemar, pecandu atau pemerhati suatu produk.

4. Segmentasi Tingkah Laku
Segmentasi tingkah laku mengelompokkan pembeli berdasarkan pada pengetahuan,
sikap, penggunaan atau reaksi mereka terhadap suatu produk. Banyak pemasar yakin
bahwa variabel tingkah laku merupakan awal paling baik untuk membentuk segmen
pasar.

Segmentasi perilaku dapat diukur menggunakan indikator sebagai berikut (Armstrong, 1997):

1. Manfaat yang dicari
Salah satu bentuk segmentasi yang ampuh adalah mengelompokkan pembeli menurut
manfaat berbeda yang mereka cari dari produk. Segmentasi manfaat menuntut
ditemukannya manfaat utama yang dicari orang dalam kelas produk, jenis orang
yang mencari setiap manfaat dan merek utama yang mempunyai setiap manfaat.
Perusahaan dapat menggunakan segmentasi manfaat untuk memperjelas segmen
manfaat yang mereka inginkan, karakteristiknya serta merek utama yang
bersaing. Mereka juga dapat mencari manfaat baru dan meluncurkan merek yang
memberikan manfaat tersebut.


2. Status Pengguna
Pasar dapat disegmentasikan menjadi kelompok bukan pengguna, mantan pengguna,
pengguna potensial, pengguna pertama kali dan pengguna regular dari suatu
produk. Pengguna potensial dan pengguna regular mungkin memerlukan imbauan
pemasaran yang berbeda.

3. Tingkat Pemakaian
Pasar dapat juga disegmentasikan menjadi kelompok pengguna ringan, menengah
dan berat. Jumlah pengguna berat sering kali hanya persentase kecil dari
seluruh pasar, tetapi menghasilkan persentase yang tinggi dari total
pembelian. Pengguna produk dibagi menjadi dua bagian sama banyak, sebagian
pengguna ringan dan sebagian lagi pengguna berat menurut tingkat pembelian
dari produk spesifik.

4. Status Loyalitas
Sebuah pasar dapat juga disegmentasikan berdasarkan loyalitas konsumen.
Konsumen dapat loyal terhadap merek, toko dan perusahaan. Pembeli dapat
dibagi menjadi beberapa kelompok menurut tingkat loyalitas mereka. Beberapa
konsumen benar-benar loyal, mereka selalu membeli satu macam merek. Kelompok
lain agak loyal,mereka loyal pada dua merek atau lebih dari satu produk atau
menyukai satu merek tetapi kadang-kadang membeli merek lain. Pembeli lain
tidak menunjukkan loyalitas pada merek apapun. Mereka mungkin ingin sesuatu
yang baru setiap kali atau mereka membeli apapun yang diobral.

SUMBER :