Kamis, 19 November 2015

CULTURE SHOCK DI NEGERI ORANG

TUGAS ARTIKEL : ILMU BUDAYA DASAR

Halo halo everyone. Berbicara tentang perbedaan budaya, latar belakang, dsb disekeliling kita memang bisa menjadi topik menarik. Post kali ini saya ingin berbicara tentang “culture shock”. Apa sih culture shock itu? dari etimologisnya, culture dalam bahasa inggris berarti budaya atau kebudayaan, dan shock adalah kaget. Tentu saja bukan budaya untuk mengageti seseorang ;p (only for jokes) melainkan, “situasi dimana seseorang harus tidak terbiasa atau belum terbiasa dengan kebudayaan orang lain yang sifatnya sangat berbeda dengan kebudayaan yang dimiliki rang tersebut”. Hal ini kerap kali dialami orang-orang yang mungkin sedang berpergian keluar kota atau ke luar negeri dan tentu saja bertemu denganorang-orang yang mempunyai kebudayaann berbeda dengan dirinya. Tidak usah terlalu jauh untuk menginterpretasikan contoh dari culture shock, saya-pun pernah merasakan itu. So, let me tell u about my story ya...:D

Kebanyakan orang Indonesia yang belum pernah tinggal di Malaysia biasanya menganggap bahwa proses adaptasi di Negeri Jiran akan lebih mudah bagi mereka dibandingkan ke negara lain. Pasalnya, Malaysia memang memiliki banyak kemiripan dengan Indonesia; ras Melayunya banyak, sebagian besar penduduk beragama Islam, makanannya juga tidak berbeda jauh dengan makanan Indonesia, dan bahasa Melayu bisa dipelajari dengan cukup cepat. Akan tetapi, kelengahan ini bisa-bisa malah membuat orang kaget ketika sampai di sana.
Saat tiba, mungkin agak kaget ketika mendapati banyak orang berbicara dengan bahasa dan logat yang agak berbeda, namun secara umum, rasanya mungkin masih sama dengan ketika berada di kota besar Indonesia. Culture shock baru pelan-pelan akan terasa saat kita sudah mulai cukup lama tinggal di negara baru ini.

Begitupun dengan cerita yang saya alami pada bulan Oktober tahun 2013, saya pun turut merasakan apa yang dinamakan dengan 'culture shock' dengan culture makanan-nya ketika berada di negara lain. Semua berawal ketika saya mendapat ikatan dinas dari kantor tempat saya bekerja untuk mengikuti pelatihan 'Development Programs' di Petronas Bangi - Malaysia selama 2 minggu. Walaupun sudah kali ke-dua datang kesana tetapi tetap ada hal dan pengalaman serta keseruan-keseruan yang berbeda yang saya rasakan.   

Awal-awal kedatangan pada hari pertama dan kedua memang tidak terasa apa itu yang dinamakan dengan 'culture shock' karena masih exciting dengan suasana dan experience baru, ditambah keseruan chit-chat dan senda gurau dengan sesama teman se-angkatan yang ikut gabung dalam pelatihan tersebut. 
Namun ketika mulai menginjak hari ketiga kebosanan pun mulai melanda kami, hehehe... jadi ceritanya pas makan siang (hari ketiga) saya dan teman-teman mulai notice makanan yang kami makan melulu berbau santan, kari dan teman-temannya.. fyi memang Malaysia dipengaruhi sedikit culture India yang memang sebagian warga negaranya adalah keturunan (peranakan) India jadi memang sudah lumrah dan menjadi makanan khas disana, selain masakan-masakan Melayu tentunya. Di Indonesia sendiri-pun santan juga menjadi masakan khas di beberapa etnis di Indonesia seperti masakan Padang contohnya. Namun maksud saya disini dikarenakan keberagaman masakan yang ada di Indonesia pun tidak melulu kami makan masakan Padang, hehehe.. apalagi notabene kami tinggal di Jakarta yang sudah multi culture, juga berhubung saya orang Sunda jadi tidak bisa ketinggalan kalau makan harus dengan yang namanya sambal.. :)

Nah, jadi sejak saat itu betapa saya dan teman-teman se-pelatihan sangat merindukan Indonesia, rindu masakan, ditambah tentunya rindu dengan keluarga. Untungnya ada beberapa teman se-pelatihan yang membawa 'sangu' seperti sambal, abon ataupun mie instant (ind*mie) yang kami bawa dari Indonesia untuk mengobati sedikit selera makan kami disana. Namun untungnya ketika hari ke-sepuluh ketika saya dan teman-teman berkunjung ke Petronas Segamat (Station Gas Booster) kami disuguhkan masakan khas Indonesia, karena kebetulan Chef disana berasal dari Indonesia jadi kedatangan kami kesana amat sangat mengobati kejenuhan selera makan saya dan teman-teman selama pelatihan.

Intinya yang saya rasakan bersama teman-teman saat itu memang tidak ada tempat yang seindah dan seenak Indonesia... (hehe ini serius lho, dari hati yang paling dalam..) bangga dan bahagia jadi orang Indonesia. Bangga dengan keberagaman suku bangsa, pulau, keramah-tamahannya dan terutama dengan masakan atau makanannya.. Love it!!! 

Begitulah sepenggal cerita saya mengenai 'Culture Shock' walaupun begitu, culture shock sebenarnya adalah pengalaman yang menarik dan seringkali lucu yang kadang dialami oleh beberapa orang jika sedang berada ditempat atau negara yang berbeda, yang mungkin harus memerlukan banyak adaptasi saja didalam prosesnya. :)  

SUMBER : 


Selasa, 17 November 2015

Mempertahankan Budaya Indonesia Dalam Era Globalisasi

TUGAS ARTIKEL : ILMU BUDAYA DASAR 
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

Dampak positif Globalisasi :

1. Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
2. Mudah melakukan komunikasi
3. Cepat dalam bepergian ( mobili-tas tinggi )
4. Menumbuhkan sikap kosmopo-litan dan toleran
5. Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
6. Mudah memenuhi kebutuhan

Dampak negatif Globalisasi:

1. Informasi yang tidak tersaring
2. Perilaku konsumtif
3. Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
4. Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
5. Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat

    Kita akan membahas tentang aspek sosial budaya :



        Aspek Sosial Budaya 

Budaya pada saat ini sudah mulai banyak bercampur dengan budaya asing akibat dari era globalisasi. Dimulai dari budaya berpakaian, pada saat ini generasi muda berkecenderungan mengikuti budaya asing. Contohnya, sekarang sebagian generasi muda lebih suka menggunakan pakaian yang mini dan tidak lagi menyukai cara berpakaian yang tertutup dan sopan. Ini dikarenakan alasan mereka,   bahwa apabila tidak menggunakan trend pakaian  terkini maka mereka di anggap tidak trendy.

Terkikisnya budaya – budaya tradisional yang terdapat di berbagai daerah. Kurang perdulinya para generasi muda kepada budaya tradisional semakin mempercepat punahnya kebudayaan tradisional tersebut. Saat ini banyak sekali generasi muda yang tidak mengetahui apa budaya khas yang terdapat di daerah dirinya tinggal. Hal ini sangat memprihatinkan sekali, terlebih jika mengingat Indonesia yang terkenal akan berbagai macam kebudayaan yang dimilikinya. Ketidak tahuan para generasi muda tersebut mengundang pihak lain untuk mengklaim budaya Indonesia menjadi budaya miliknya, padahal jelas – jelas kebudayaan tersebut adalah budaya asli Indonesia.

Selain itu dari jenis makanan yang di konsumsi, para generasi muda lebih cenderung menyukai makanan-makanan cepat saji yang akan mempengaruhi kondisi kesehatan mereka apabila terus menerus dikonsumsi. Peran lingkungan diperlukan untuk dapat mengatasi masalah ini.



Dampak Dalam Bidang Sosial Budaya

Globalisasi telah banyak mengubah kebiasaan, bahkan dapat mengubah budaya suatu bangsa. Contoh kecil, misalnya, adanya perilaku yang menyimpang di dalam masyarakat seperti pergaulan bebas, yang melanda tidak hanya di kota-kota besar saja, teteapi juga sudah melingkupi seluruh pelosok desa. Akibatnya banyak terjangkit penyakit seperti HIV yang banya ditemukan di Afrika. Akibat serbuan inforamasi yang mudah diakses keseluruh penjuru dunia, yang dapat mempengaruhi pikiran penonton, pada gilirannya jika sebuah tayangan yang merusak tadi mempengaruhi sebuah kelompok bangsa, maka akan menjadi sebuah budaya yang merusak, seperti merokok, narkoba, dan pergaulan bebas.
Tentu saja dampak positifnya seperti gaya hidup meniru orang barat dalam kedisiplinan, bekerja lebih efektif dan efisien,menghargai waktu, yang sekarang bahkan menjadi acuan untuk menggunakan waktu yang sebaik mungkin.
       A.  KETAATAN
Dalam era globalisasi ketaatan itu penting, sebab kita bisa terlindung dari masalah dengan mematuhi norma-norma yang ada. Berikut ini contoh sikap yang perlu dikembangkan dalam hal ketaatan :
 
1.   Membiasakan mengoreksi diri sesuai dengan ketentuan agama  
Globalisasi membawa berbagai bentuk sikap yang belum tentu sesuai dengan agama kita. Oleh sebab itu, kita wajib mengoreksi diri mengenai sikap kita apakah sudah sesuai agama atau malah melenceng dari agama.
   
2.   Meningkatkan keimanan dan ketakwaan 
      Pengaruh globalisasi tidak hanya perilaku positif namun juga ada perilaku negatif.    Dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita bisa membentengi diri kita dari tindakan negatif tersebut.
 
      B.  KEPEDULIAN
Dalam globalisasi kepedulian ini juga penting karena kita harus peduli terhadap lingkungan di sekitar kita. Berikut contoh sikap-sikap yang perlu diterapkan :
 
       1.   Terhadap Lingkungan
   Kepedulian kita terhadap flora dan fauna yang hampir punah
   Kepedulian kita pada kebersihan lingkungan
  
2.   Terhadap Kewajiban dan Hak
Berperan pada penegakkan HAM, hal ini akan berdampak positif karena penindasan terhadap sesama manusia tidak terjadi lagi.
     C. KESADARAN
Dalam era globalisasi kesadaran sangat diperlukan terutama kesadaran untuk melestarikan budaya. Seiring dengan kemajuan zaman,budaya nasional akan semakin dengan terkikis dengan adanya budaya modern pengaruh globalisasi. Berikut sikap-sikap melestarikan budaya daerah:
1.  Di lingkungan keluarga
Berusaha mengembangkan kebudayaan di keluarga dengan cara memberikan pengetahuan tentang kebudayaan pada anak usia dini. 

2.  Di lingkungan sekolah
·         Ikut ekstrakulikuler dalam bidang kesenian dan mengembangkannya
·         Memuat artikel mengenai kebudayaan daerah di mading 

3. Di lingkungan masyarakat
·      Menjaga kelestarian budaya yang ada
·      Menyaring budaya asing yang masuk ke lingkungan masyarakat
·     Tradisionalitas dan modernitas sesungguhnya dapat saling mengisi jika kita    ambil sisi  positifnya, keduanya dapat memperkaya khasanah budaya nasional.
     D. KESANGGUPAN
Globalisasi membutuhkan kesanggupan baik kesanggupan menjaga diri, Sebab globalisasi meminta kita untuk mencipta hal baru dan menyebarluaskannya. Berikut ini sikap-sikap yang perlu dikembangkan :
 
       1.   Selalu berusaha mencari ilmu dan pengalaman baru yang berguna
Mencari ilmu dan pengalaman baru tentu dibutuhkan sebagai langkah awal dalam bersaing di era globalisasi. Sebab, pada era ini dibutuhkan ide kreatifitas dan inovatif untuk dapat bersaing.
2.   Ikut serta menciptakan suasana yang nyaman
Suasana yang nyaman akan membuat kita bersemangat dalam belajar. Jika kita bersemangat dalam belajar kita dapat mendapatkan ilmu dengan maksimal. Sehingga kita dapat bersaing dengan maksimal juga.
     E. KESEDERHANAAN
Globalisasi kadang membuat seseorang meniru gaya idola mereka. Ini menuntut seseorang untuk dapat membeli barang atau pakaian yang dimiliki oleh idola mereka. Sehingga meninmbulkan pola hidup konsumtif. Berikut contoh-contoh perilaku sederhana untuk menghadapi pola hidup konsumtif :
   
1.   Membuat skala prioritas
Agar kita tidak mengikuti pola hidup konsumtif kita dapat membuat skala prioritas. Dengan skala prioritas tersebut kita dapat mengendalikan diri untuk tidak membeli barang yang tidak benar-benar kita butuhkan.
   
2.  Mengutamakan membeli dan memakai produk dalam negeri
Tidak perlu membeli barang-barang impor jika kita masih memiliki barang dalam negeri yang kualitasnya tidak jauh dari barang impor.
 
     F. KESATUAN
Globalisasi adalah kta lain dari perang atau menjajah, tapi tidak secara nyata. Globalisasi menyerang sosial budaya bangsa kita. Untuk itu kesatuan dalam berbangsa dan bernegara sangatlah dibutuhkan agar Indonesia tidak terpecah belah. Kita harus bisa memanfaatkan globalisasi untuk menunjukkan bahwa kesatuan persatuan Indonesia sangatlah kuat, dengan menunjukkan kepada dunia tentang kebudayaan-kebudayaan indonesia yang kita ramu dalam satu “pertunjukkan”. 

SUMBER :